Minggu, 18 November 2012

makalah pembacaan puisi baru dari segi lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat


PEMBACAAN PUISI BARU DARI SEGI LAFAL, INTONASI, DAN EKSPRESI YANG TEPAT



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia


MAKALAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
XII IPA 1

KETUA           : RABIATUL ADAWIAH (4704)
ANGGOTA     : LILIS SURYANINGTYAS (4733)
                             A. BESSE ROSNANINGSIH (4717)
                             RESKI ARISANDY (4714)
                             HEKO WAHYU PUTRA (4829)




DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 2 BANTAENG
2011

KATA PENGANTAR


          Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkah-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya. Begitu pula penulis senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya, atas limpahan berkah sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
             Penulis berterima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah membantu sejak dari awal sampai akhir penulisan ini serta kepada guru bidang studi yang telah memberi arahan dan  kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
          Akhir kata, tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik saran setiap pembaca menuju perbaikan makalah ini adalah merupakan harapan penulis.
                                                                
                                                                                            Bantaeng,  Oktober 2011

                                                                                                                  Penulis
                                                                                                 



DAFTAR ISI

                                                                                                      Halaman
HALAMAN JUDUL                                                                                      i    
KATA PENGANTAR                                                                                   ii
DAFTAR ISI                                                                                                  iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang                                                                                1
B.      Rumusan Masalah                                                                           3
C.      Tujuan Penulisan                                                                             3
D.     Manfaat Penulisan                                                                          3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Puisi                                                                               4
B.     Mengomentari Pembacaan Puisi Baru tentang Lafal, Intonasi,
dan Ekspresi yang Tepat                                                                   8
BAB III PENUTUP                                                                                
A.    Simpulan                                                                                          11
B.     Saran                                                                                                11
DAFTAR PUSTAKA                                                                                    12
LAMPIRAN                                                                                                  13

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Puisi adalah karya sastra yang memuat peristiwa seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya, yang dapat diapresiasikan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu dengan membaca dalam hati, membaca indah, menyaksikan pementasan, serta menyimak pembacaan hasil sastra. Puisi diciptakan pengarang sebagai kegiatan estetika yang dipersembahkan kepada masyarakat untuk dinikmati. Sungguh suatu kekeliruan atau rasa bersalah yang berkepanjangan jika kita tidak mau membawa masyrakat ketempat yang penuh dengan harta kekayaan tersebut serta memberi mereka kesempatan untuk menikmati dan menghayatinya. Upaya perolehan harta dari puisi berupa pengertian manusia, pandangan perorangan dan sensivitas yang menonjol. Namun untuk sampai kepada aktivitas menirai-tirai intrinsik dan ekstrinsik nilai karya sastra puisi masyarakat membaca perlu diberikan petunjuk paling tidak teori dan pendekatan tentang pemahaman puisi.

Sebagai rekaman dialog manusia dengan kenyataan zamannya, puisi menjadi semakin intens penyajiannya kepada kita. Persepsi puisi yang intens dengan penikmatnya tidak terlepas pula dengan kehidupan manusia itu sendiri sebagai konsumen berharga kepada penikmatnya. Oleh karena itu, sebab penyair harus selektif dalam mengemukakan dialog batinnya kepada publiknya sehingga apa yang diharapkan dibalik keterbacaan penyairnya berdaya guna dan berhasil, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada perkembangan sastra pada umumnya.
Puisi bukan hanya sekedar parade kata, parade frasa atau potongan-potongan kalimat saja yang membentuk suatu tifografi sehingga secara fisual terlihat perbedaan anatara puisi dan prosa maupun karya sastra yang lainnya. Berhasil atau tidaknya puisi diciptakan terletak pada berhasil atau tidaknya penciptanya mengolah kata yang mampu mengejawantahkan pengalaman puitiknya dengan lengkap dan sempurna. Yang menjembatani pengalaman puitis pencipta dan pembaca bukan karena parade kata tersebut, tetapi parade kata yang berkarkter larik-larik hingga membentuk bait-bait harus didukung oleh unsur-unsur yang representatif dengan unsur pembangun puisi itu sendiri.
Bangun puisi dengan kata yang terseleksi merupakan suatu satuan yang resiprokal antara satu unsur dengan unsur yang lainnya hingga membentuk suatu makna yang padat. Tentang unsur yang membangun sebuah puisi ini menjadi bahan diskusi yang hangat.
Sebagai bagian bentuk sastra tulis, puisi menuntut wujud fisual, yakni wujud yang tampak mata,walaupun pada mulanya lebih dimaksudkan untuk komsumsi telinga. Apabila dikaitkan dengan  proses kreatif yang dilampaui penyair, wujud visual dapat dilihat sebagai perwujudan penguasaan teknik ekspresi seorang penyair.
Pada perkembangan sastra tulis (puisi) wujud visual menjadi sangat penting karena pembaca tidak selalu dapat mendengarkans ecara langsung bunyi-buyi dalam puisi ketika dibacakan. Bagaimanakah lagu suara dan lagu pembacaan puisi yang mendukung pemahaman karya itu secara keseluruhan , pembaca tidak mengetahui secara pasti. Dalam hubungan inilah puisi memanfaatkan juga wujud visual sebagai salah satu sarana untuk membangun komunikasi. Dengan cara demikian, pembaca diharapkan menjadi lebih mampu menanggapi berbagai hal yang dikomunikasikan oleh suatu puisi, dengan cara demikian pula kejelasan diharapkan dapatdicapai.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalh ini yaitu sebagai berikut:
1.        Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2.        Bagaimanakah mengomentari pembacaan puisi baru dari segi lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat?

C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui pengertian puisi.
2.        Untuk mengetahui cara mengomentari pembacaan puisi baru dari segi lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
3.         Untuk pemenuhan salah satu tugas kelompok yang diberikan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

D.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
Ø Sebagai bahan acuan dalam menambah pengetahuan tentang puisi baru.
Ø Sebagai bahan acuan untuk dapat mengomentari pembacaan puisi baru dari segi lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Ø Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis selanjutnya yang ingin mengkaji materi yang berhubungan dengan makalah ini dalam ruang lingkup yang lebih luas dan pembahasan yang lebih dalam.




BAB II
PEMBAHASAN


A.      Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru. Namun, Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Adapun ciri-ciri puisi baru yaitu sebagai berikut:
a. Bentuknya rapi, simetris
b. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
c.Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
d. Sebagian besar puisi empat seuntai
e. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata
Berikut ini adalah jenis-jenis puisi baru menurut isinya:
a.    Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
Ciri-ciri balada: Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c.Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b.      Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
Ciri-ciri hymne :Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
c.       Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
Ciri-ciri ode :Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahassesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d.      Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
Ciri-ciri epigram :Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e.       Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rinru dendam, sertakasih mesra.
f.       Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
Ciri-ciri elegi : Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g.      Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a.         Distikon, contoh: Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank).
• 2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima –aa, – bb
b. Terzina, contoh: Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah’gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari Dari ; Madah Kelana Karya : Sanusi Pane. Terzina (Itali: 3 irama)
c.         Quatrain, contoh: Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala).
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d. Quint, contoh: Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan Yang enggan menerima kenyataan (Or. Mandank).Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterimaumum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untukmembina rima /aaaaa/
e. Sektet, contoh: Merindu Bagia Jika hari’lah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih, (Ipih).
• sextet (latin: 6 baris)
• dikenali sebagai ‘terzina ganda dua
• rima akhir bebas
Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet, bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam, dextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam.          
f. Septime, contoh: Indonesia Tumpah Darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya, (Muhammad Yamin).
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas g) Oktav
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
g. Oktaf/Stanza, contoh: Awan Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane). ocvtav, Jadi sifatnya subyektif, peralihan dari octav ke sextet disebut volta· Penambahan baris pada soneta disebut koda. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata· Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c – d
h. Soneta, contoh: Gembala Perasaan siapa takkan nyala (a) Melihat anak berelagu dendang (b) Seorang saja di tengah padang (b) Tiada berbaju buka kepala (a) Beginilah nasib anak gembala (a) Berteduh di bawah kayu nan rindang (b) Semenjak pagi meninggalkan kandang (b) Pulang ke rumah di senja kala (a) Jauh sedikit sesayup sampai (a) Terdengar olehku bunyi serunai (a) Melagukan alam nan molek permai (a) Wahai gembala disegara hijau (c) Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c) Maulah aku menurutkan dikau (c), (Muhammad Yamin).
Ciri – ciri soneta : · Terdiri atas 14 baris · Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina · Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.

B.       Mengomentari Pembacaan Puisi Baru tentang Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat
Pada umumnya, puisi yang hendak dibaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu puisi kamar dan puisi auditorium. Puisi kamar dibaca dengan lirih karena mengandung permenungan dan kekuatan ekspresi yang ditonjolkan. Puisi auditorium lebih membutuhkan kekuatan vokal pembacanya, dalam hal ini penbaca harus menguasai teknik untuk membacakan puisi.
Puisi dibangun atas dua unsur utama, yaitu lapis bentuk dan lapis arti. Lapis bentuk puisi berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan intonasi. OIeh karena itu, keindahan bentuk sebuah puisi baru benar-benar dapat dinikmati jika dibacakan atau diperdengarkan . Namun, pembacaan yang dilakukan dengan asal asalan tentu juga tidak akan mampu mempersembahkan keindahan itu. Agar keindahannya dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan pengekspresian yang proporsional.
Seringkali puisi yang sebenarnya sangat indah, menjadi biasa saja karena dibacakan secara monoton atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau pemenggalan frasa/baris, pengekspresian yang berlebihan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk membaca dan memahami puisi perlu persiapan:
1.      Mengenal latar penciptaan puisi yang akan dibaca
2.      Membaca puisi dengan seksama
3.      Mencari makna kata-kata yang bersifat konotatif
4.      Memberi penanda jeda atau intonasi
5.      Berlatih membaca nyaring
Berikut ada tiga hal penting faktor kebahasaan yang harus selalu diperhatikan pada saat membacakan puisi, vaitu lafal, intonasi, dan ekspresi.
1.      Lafal (artikulasi) berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Pengucapan
kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi oleh pengucapan
bahasa daerah. Hal itu harus dihindari karena akan merusak keindahan puisi yang dibacakan. Pengucapan kata-kata harus tepat dan dijaga kemumiannya dari aksen atau logat daerah tertentu. Artikulasi atau cara pengucapan ini erat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat.
2.      Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi,yaitu sebagai berikut:
a)  Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b)
Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
c) Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
3.      Ekspresi ialah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi puisi. Penjiwaan
puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan makna
puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya pasti
juga akan tidak mengena. Penjiwaaan isi puisi terungkap lewat mimik (gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh). Ekspresi yang baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.
Berikut ada beberapa hal faktor nonkebahasaan yang harus selalu diperhatikan dalam membaca puisi, yaitu:
1.      Sikap, selama membaca puisi, pembaca hendaknya berusaha untuk menarik perhatian pendengar. Kiatnya adalahbersikap wajar dan tenang . oleh karena itu,materi puisi harus dikuasai benar dan melakukan latihan.
2.      Gerak gerik dan mimik,hal ini jika dilakukan secara tepat dapat menghidupkan pembacaan puisi.
3.      Volume suara, hal ini harus disesuaikan dengan jumlah dan tempat pendengar.
4.      Kelancaran dan kecepatan,kelancaran pembacaan dapat membantu pendengar dalam menangkap bacaan dengan jelas. Namun, kecepatan pembacaan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan puisi sulit dipahami. Sebaliknya, kecepatan yang terlalu rendah dapat menjadikan pendengar jenuh.







BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
             Setelah penulis mengemukakan pembahasan makalah ini dapatlah dikemukakan berbagai hasil dari pembahasannya. Untuk itu penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil pembahasannya.
1.      Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru. Namun, Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
2.      Dalam mengomentari pembacaan puisi baru ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Namun faktor yang paling penting yaitu faktor kebahasaan yang meliputi, pelafalan, intonasi dan ekspresi

B.  Saran
Setelah penulis mengemukakan kesimpulan maka penulis akan memberikan beberapa hal sebagai saran dan masukan yang nantinya akan menjadi bahan renungan kita bersama, yaitu :
1.        Dalam perkembangan dunia ilmu pengetahuan pendidikan menjadi prioritas utama, sehingga pelajar diharapkan mampu turut berpartisipasi mengembangkan pendidikan sesuai dengan kualitas pemahaman yang dimiliki.
2.        Dalam membacakan sebuah puisi, sebaiknya memperhatikan faktor kebahasaan maupun faktor nonkebahasaan, sehingga mampu menghasilkan karya yang mampu memberikan kenikmatan bagi pendengarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Marsudi, Demas, dkk. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depniknas.
Sari, Aprilia . Bahasa Indoneisa untuk  SMA / MA Semester 1. Klaten:Sinar Mandiri.
Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media
Somad, Adi Abdul, dkk. 2008. Aktif dan kreatif  Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depniknas.
Tatang,  Atep, dkk. 2008. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku. Jawa Tengah: Platinum.
Zaidin, Arifin. 2009. Puisi dan Telaahnya. Makassar: Permata Ilmu         














LAMPIRAN

Puisi

CIPASUNG
Karya Acep Zamzam Noor

Di lengkung alir matamu  sawah-awah menguning
Seperti ranbuku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen teris kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sejadahku lumpur yang kental
langit yang menguji ibadahkumeneteskan cahaya redup
dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu
...............
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian harian
Segala tumbuhan dan pohonanmembuahkan pahala segar
Bagi para pagar bambu yang dibangum keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkanlah kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnian
Hari esok adalh perjalanan sebagai petani
Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
................
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranku yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur

1 komentar:

  1. KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET
    KING CASINO, LLC bsjeon GIVES herzamanindir.com/ A $100 FREE BET to try. Visit us today and receive a $100 FREE BET! Sign 바카라 사이트 up www.jtmhub.com at our new 1xbet 먹튀 site!

    BalasHapus